Wednesday, 13 August 2014

TEKNOPRENEURSHIP


Teknopreneurship adalah sumber kesejahteraan masa kini dan masa yang akan datang. Di tangan mereka ini ilmu pengetahuan dan teknologi berubah wujud menjadi produk-produk yang akan meningkatkan kualitas kehidupan dan memiliki nilai tambah tinggi. Ada 5 alasan mengapa Pemerintah Indonesia harus serius mempersiapkan penciptaan teknopreneur-teknopreneur baru:

Technopreneurial firm ialah innovative firm yang menciptakan nilai tambah tinggi
Dalam buku “Good Capitalism, Bad Capitalism” yang ditulis oleh Carl. J. Schramm, William J. Baumol, Robert E. Litanm, dikemukakan bahwa ada dua jenis usaha berbeda yang bisa kita temui. Jenis pertama ialah replicative firms. Usaha ini berupa bisnis-bisnis yang pada hakikatnya hanya menyalin pola bisnis yang sudah dilakukan oleh orang lain.

Ketiga penulis buku tersebut di atas menerangkan bahwa sebagian besar usaha kecil pengguna kredit mikro tergolong usaha jenis replicative yang sifatnya hanya meniru yang sudah ada. Program kredit mikro yang tersalur pada sebagian besar usaha kecil ini dianggap ketiga penulis kurang mampu menopang pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dalam sebuah negara. Hal ini dikarenakan usaha replicative memiliki banyak kelemahan, seperti ketergantungan pada kredit mikro.

Sebaliknya, innovative firms adalah usaha-usaha bisnis yang menawarkan usaha yang menawarkan produk baru, jasa baru atau cara baru dalam memproduksi. Mereka menawarkan sebuah nilai tambah baru bagi pelanggan dari sisi pemasaran atau perusahaan berhasil mendapatkan yang baru dan kemudian mempercepat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Peter Drucker juga membuat pemisahan antara entrepreneur yang berinovasi dan entrepreneur yang tanpa inovasi, walaupun pada kenyataannya mereka tetap hidup. Ia mengatakan, “Not every new small business is entrepreneurial or represent entrepreneurship,” sebab bagi Peter Drucker “Innovation is the specific instrument of entrepreneurship.”

Singkatnya, bisa disimpulkan bahwa usaha mikro kredit seperti yang disokong oleh Grameen Bank-nya Moh. Yunus sangat baik dalam pengentasan kemiskinan dan membuka lapangan kerja baru. Namun, sebuah bangsa juga membutuhkan perangkat lain untuk mengejar pertumbuhan dan kesejahteraan yang lebih besar. Bila kita ingin bergerak lebih jauh dan memiliki pertumbuhan yang berkelanjutan maka selain kredit mikro, kita juga harus dengan sistematis dan terarah membangun embrio-embrio innovative firms. Untuk itu, sebuah pusat teknopreneurship sangat diperlukan.

Makin meningkatnya peran teknopreneur dalam perekonomian masa kini dan masa depan
Di ajang World Entrepreneur of the Year, ada lebih dari 40 entrepreneur kelas dunia. Peran teknopreneur tidak bisa disepelekan di abad digital ini. Selama beberapa tahun penyelenggaraan event tersebut, pemenangnya sebagian besar (60%) adalah para entrepreneur sukses di bidang teknologi.

Beberapa di antaranya yang terkemuka adalah Dr. Jean-Paul Clozel. Ia seorang ahli jantung pendiri usaha bioteknologi yang berfokus pada penyembuhan gangguan paru-paru. Kemudian ada Wayne Huizenga. Ia adalah pemimpin Huizenga Holdings Inc, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang manajemen limbah. Narayana Murthy ialah pendiri dan CEO Infosys Technologies Limited yang berfokus pada bidang teknologi informasi. Stefan Vilsmeier ialah presiden dan CEO BrainLab AG dari Jerman. Vilsmeier berinovasi di bidang bedah syaraf, dengan menciptakan standar baru dalam pengobatan tumor yang lebih hemat biaya dan non-invasif. Lain lagi dengan Paolo della Porta, yang menggunakan teknologi baru dalam memelihara vacuum and prified gas environments.

Melihat deretan entrepreneur sukses ini, bisa ditarik kesimpulan bahwa teknopreneurship ialah lahan masa kini dan lahan masa datang yang harus bangsa Indonesia siapkan dan garap dengan semaksimal mungkin. Kenyataannya sekarang ialah perusahaan dengan teknologi inovatif seperti ini jauh lebih banyak berkontribusi dalam hal nilai tambah daripada perusahaan raksasa mapan yang kolot. Misalnya, penjualan Ford, General Motors dan Chrysler ialah 541,8 miliar dolar AS, jumlah karyawan lebih dari 1 juta orang (2004). Di tahun yang sama, Intel, Microsoft dan Cisco meraup penjualan 95,6 miliar dollar AS, dengan jumlah karyawan hanya 176.000 orang dan kapitalisasi pasar senilai 564,5 miliar dolar AS atau 5x lipat dari 3 perusahaan manufaktur mobil di atas (Jeffery A. Timmons, Stephen Soinelli, “New Venture Creation”, 7th edition, McGraw Hill, New York, 2007 p 55).

Related Posts

TEKNOPRENEURSHIP
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Like the post above? Please subscribe to the latest posts directly via email.